Get me outta here!

Selasa, 25 Februari 2014

I khow, its not easy. But I Can


Seperti ketika engkau mendaki sebuah Gunung,
Kita harus berjalan mendaki dan menanjak
Terkadang ada tebing yang terjal
Terkadang kita harus merangkak
Jangan tanyakan betapa lelahnya
Jangan tanyakan berapa banyak kesabaran yg harus kau sediakan
Tapi jangan pernah engkau berputus asa hingga tiba di puncak
Hingga disana kita bisa tersenyum dan bersorak  

#AW 26 feb 2014

Rabu, 16 Oktober 2013

Jerry D Gray : “Saya ingin mencintai Tuhan secara Langsung”



Lansing Iowa, perkebunan remote . Di depan sebuah gedung, sekumpulan orang berdiri secara teratur. Orang tua, juga anak-anaknya. Mereka berdiri dalam satu garis lurus, melakukan beberapa gerakan bersama-sama, membungkuk, lalu berdiri, kemudian sujud bersama-sama.
Dari sisi lain gedung itu, Seorang bocah laki-laki memperhatikan mereka dan bertanya-tanyaa. Apa yang sedang mereka lakukan? Kenapa begitu tenang dan menentramkan. Seseorang menjawab pertanyaanya, “Mereka sedang berdoa kepada Tuhannya”
“Aku ingin berdoa secara langsung juga kepada Tuhan” azzamnya. Tanpa tahu apa yang harus dilakukannya.

Amerika. Bertahun-tahun kemudian. Keputusannya datang ke negara itu begitu berat. Datang ke Negara muslim yang begitu membenci Warga keturunan Amerika, nyawa taruhannya, pikirnya saat itu. Tawaran pekerjaan menjadi maintenance pesawat pribadi Raja Fadh di Jeddah, Arab Saudi dianggapnya datang karena Tuhan sedang marah padanya, karena dia tidak taat dan tidak percaya pada tuhannya dengan sepenuhnya. Sehingga Tuhan menyuruhnya datang ke Negara Arab, Negara Islam, musuh amerika, dan tak ada tawaran pekerjaan lain selain itu.
Awalnya saat tawaran itu datang, dengan yakin dia menolaknya dan memilih menganggur, memilih hidup di dalam mobil di sebuah ujung sbeuah dermaga di hawai, menggantungkan diri dari hasil memancing ikan setiap harinya yang belum tentu mendapatkan tangkapan. Hingga seringkali harus menahan lapar dan mengganjal perutnya hanya dengan minum air putih dari kran air yang ada. Hidup seperi itu membuatnya hampir putus asa, bertanya-tanya tentang cinta yang dia rasa sudah tak ada lagi di dunia. Karna bahkan tak ada orang yang menolongnya saat itu.
“Tapi saya tidak mau bunuh diri, Saya menangis, memohon, agar Tuhan memberikan jalan keluar.” pintanya.
Dengan berat, tawaran pekerjaan yang awalnya sudah ditolaknya, akhirnya diputuskannya untuk mengambil tawaran itu. 

Arab Saudi, Kota Jedah. Lelaki itu baru tiba di kota itu. Suara panggilan yang menggema di seluruh antereo Jeddah saat itu membuat nya tertegun. Adzan, yang akhirnya dia tahu nama dari suara panggilan itu, menggema dan seketika itu juga membuat semua aktivitas di kota itu terhenti. Orang-orang segera menuju masjid untuk shalat. Membuatnya begitu terpesona betapa taatnya orang-orang Islam pada Tuhannya. Jalanan mendadak menjadi sepi dari lalu lalang manusia. Penjaga keamanan tidak ada. Hanya sekali-kali terlihat seorang polisi menegur beberapa orang yang sedang lewat untuk segera shalat.
Sebuah toko emas bahkan dibiarkan begitu saja ditinggal oleh pemiliknya dalam keadaan terbuka, membuka peluang siapa saja yang ingin mencuri dapat mengambilnya dengan sangat mudahnya.
Dengan penasaran ditunggunya pemilik toko emas itu hingga muncul kembali. Tak lama kemudian, pemilik toko itu datang dan bertanya, “Mengapa tidak masuk?” “tidak mau” jawabnya “kenapa tidak mau?” , “Saya takut disangka maling, nanti tangan saya dipotong,” jawabnya lagi. Namun perkataan dari si pemilik toko membuatnya sangat kaget dan terharu. “Masuk saja, karena semua ini adalah Allah yang punya, bukan punya saya,” kata pemilik toko itu. “Apa pun yang kamu perlu, ambil! Mungkin kamu lebih membutuhkan itu daripada saya, semua itu milik Allah dan akan kembali kepada Allah” lanjutnya. Dia teringat betapa dulu ketika dia sangat membutuhkan pertolongan, tapi di negerinya tak ada yang maw menolongnya.
Dari mana seseorang bisa memiliki keyakinan seperti itu, bagaimana orang bisa begitu taat pada Tuhannya, pikirnya. Betapa seseorang bisa sangat yakin dan pasrah kepada Tuhannya. Saya sangat ingin memilki iman seperti itu. Azzam lelaki itu.
Dia, Lelaki itu, adalah Jerry D Gray bocah dulu yang ber-azzam ingin berdoa secara langsung pada Tuhanya. Kini azzam itu muncul kembali, sebuah keinginan, sebuah kerinduan akan sebuah iman.
Kisah keislamannya bermula sejak hati dan akalnya mengatakan bahwa ajaran-ajaran yang dia anut tidak masuk akal dan tidak bisa dilogika, there’s something wrong. Hidup bersama neneknya di sebuah perkebunan remote di Lansing Iowa, dia mengenal Kristen, bukan dari gereja. Saat itu neneknya tidak pernah mengatakan bahwa Yesus adalah anak Tuhan. Namun di gereja, mereka selalu mengatakan bahwa Yesus adalah anak Tuhan, dan dosa-dosa manusia ditebus dan dimintakan melalui yesus. Saat itulah Jerry berpikir kenapa saya tidak bisa langsung memohon ampunan kepada Tuhan, kenapa harus melalui perantara.
Selalu logika nya menolak doktirn-doktrin itu. Bagaimana bisa yesus menjadi anak tuhan, lalu kenapa bukan adam saja yang menajdi anak Tuhan, karena jelas dia yang diciptakan pertama kali. dan kenapa harus meminta ampunan melalui yesus, kenapa saya tidak bisa meminta langsung kepada Tuhan? Ketidakpercayaanya kepada Yesus sebagai anak Tuhan selalu disalahkan oleh gereja. Membuatnya menjadi seorang yang tidak taat pada agamanya.
Hingga akhirnya tuhan menunjukkannya untuk datang ke Negara Islam, tak seperti yang dia tahu sebelumnya, bahwa Islam terkenal sebagai teroris. Berinteraksi dengan muslim membuatnya mengenal betapa seorang muslim begitu sangat baik memperlakukan saudaranya dan orang lain.
Rasa penasaranya kepada Islam mulai muncul. Rasa penasarannya itu disalurkannya dengan berdiskusi bersama temannya. Saat itulah dia dikenalkan oleh temannya dengan mukjizat Allah SWT yang luar biasa, Kitab Suci Al Qur’an.
Al qur’an terjemahan bahasa inggris yang diberikan temannya kepadanya dipegangnya, kemudian temannya menunujukkan ayat yang menyatakan Isa anak Maryam adalah hamba dan utusan Allah, bukan anak Allah. Temannya menyebut Isa itu adalah nama lain dari Yesus, sedangkan Maryam sebutan lain dari Bunda Maria.
Saat itu hanya kurang lebih tiga ayat Al qur’an yang mampu dia baca, kemudian tak mampu lagi untuk meneruskannya, seakan ada sesuatu yang menjalar dalam tubuhnya hingga ingin membuatnya menangis. Saya sangat yakin, inilah jawaban dari Tuhan. Rupanya saya disuruh ke Jeddah  bukan karena Tuhan marah, tapi karena Tuhan mengabulkan doa saya, katanya.
Kejadian itu membuatnya melangkahkan kakinya ke sebuah mesjid di Jeddah malam itu, yang kabarnya mengadakan sekolah islam dengan menggunakan bahasa Inggris. Di sekolah itu terjadilah diskusi dengan seorang guru. Hatinya berdecak kagum, luar biasa, pintar sekali guru ini. Semua yang dia katakan masuk akal. Argumennya begitu spiritually and lightening, pikirnya.
Dia mengatakan bahwa Tuhan itu satu bukan tiga, semua adalah ciptaan Tuhan dan bergantung kepada Tuhan. Tuhan tidak beranak tidak pula punya orangtua. Tidak ada yang dapat menyerupai Tuhan. Serta manusia hidup di dunia ini untuk mengabdi kepada Tuhan saja.
Belum satu jam pun diskusi, sebenarnya islam telah masuk ke dalam hatinya. Hanya saja dirinya belum mau menyatakan hal itu pada gurunya. Namun malam itu ucapan gurunya terus terngiang-ngian dan direnungkannya, hingga Mata nya sama  sekali tidak bisa terpejam. Hati nya begitu gelisah. Hingga akhirnya di hari ketiga, kegelisahan dan keinginan itu  begitu memuncak, dengan yakin di hadapan guru nya dia Menyatakan keislamannya. Dua kalimat syahadat terucap dari bibir lelaki itu, merengkuh azzam bocah yang dulu merindukan Tuhannya. Allahu Akbar. 

Mendengar penuturan proses keislamannya, saat itu Muallaf Jerry D Gray mengatakan “Saya ingin mencintai Tuhan seacara Langsung”. Sebuah keinginan yang bahkan saya sendiri yang telah berislam sejak lahir tidak pernah menyadarinya, bahwa setiap dari kita memiliki kesempatan untuk dapat mencintai-Nya secara langsung, tapi pertanyaan besarnya apakah selama ini kita telah memanfaatkan kesempatan itu? Yang terjadi mungkin justru ketidaksadaran kita akan kesempatan itu membuat kita memlewatkan nikmat itu. Wallahu’alam bi shawab.
Kini Jerry D Gray, seorang mantan tentara Amerika Serikat yang telah menjadi muslim telah bertahun-tahun bermukim di Indonesia. Jerry D Gray adalah penulis sejumlah buku yang mengkritisi kebijakan pemerintah Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya, termasuk Zionisme. Lewat kisahnya Jerry yang juga penulis buku fenomenal yang berjudul “Deadly Mist”, demokrasi Bar – Bar ala AS dan dosa – dosa media AS telah menjadi inspirator bagi banyak orang melalui kisahnya.
Hidayah itu datang dari-Nya bagi siapa yang dikendaki-Nya. Semoga kita dan keluarga serta anak-anak keturunan kita termaksud orang-orang yang selalu diberi nikmat Hidayah-Nya. Aamiin. Ya Rabb.
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Al Qashash :56)

Tulisan ini telah di postkan sebelumnya di :
http://www.dakwatuna.com/2013/10/13/40618/jerry-d-gray-saya-ingin-mencintai-tuhan-secara-langsung/#axzz2hs3nOZi5
 

Rabu, 18 September 2013

Please,,, Don't Judge by The Cover

Sebuah coment yang membuat saya terenyuk saat itu. Pagi itu teman saya menyodorkan (merekomendasikan) sebuah buku pada saya,  sekilas saya melihat buku tersebut. Maaf, dengan cover yang kurang menarik, judul tidak menarik, diterbitkan oleh penerbit yang bahkan saat itu saya baru mendengarnya, sekilas saya melihat isi buku, dengan jenis font dan tulisan yang kurang baik menurut saya.
Dengan sekilas saya melihat, hanya bebrapa menit, lalu kesan saya pada buku itu adalah “buku ini tidak bagus” (dalam hati). Spontan saya comment kepada teman saya, “Siapa ini penulis nya, gak terkenal ya? kok penerbitnya gak jelas gini ya?” dan beberapa coment negatife lainnya. Ya saya akui, saat itu saya menjadi orang yang menilai sesuatu by the cover, padahal membaca isi nya saja saya belum. Padahal saya baru melihat sekilas dan sudah berani mengklaim hal-hal buruk, yang jelas belum terbukti.
Namun jawaban singkat teman saya begitu menohok saya dan membuat saya terdiam. Kala itu dia menjawab “Ada manusia yang gak ternal di dunia, tapi terkenal di antara makhluk langit. Salah satu nya dia”
Jelas saya terdiam seraya beristighfar. Ya Allah dengan ukuran apa saya menilai sesuatu selama ini. Apakah begitu sempit pandangan diri ini selama ini. Ternyata saya masih manusia yang menilai sesuatu dengan hal-hal yang hanya bisa terlihat dari luar. Ternyata diri ini masih menjadi manusia yang cepat menilai sesuatu tanpa melihat lebih dalam. Ternyata sudut pandang yang selama ini saya percaya telah saya perluas ternyata sudut pandang diri masih begitu sempit. Ternyata tolak ukur diri ini masih terlalu rendah.
Padahal setelah saya membaca buku itu. Masya Allah,,, cover nya memang tidak bagus, cara penulisannya juga kurang baik. Tapi Masya Allah isi buku tersebut ditulis secara sederhana, ringkas, simple namun sungguh menginspirasi dan berisi. See?? Betapa cover telah menipu saya.
Terlepas dari apakah benar tidak nya “si penulis” buku itu terkenal di antara makhluk langit seperti coment teman saya. Tapi yang ingin saya garis bawahi disini ada dua hal.
Yang pertama adalah betapa selama ini kita seringkali menilai sesuatu hanya by the cover, disadari atau tidak. Ya, kita seringkali melakukannya. Tak perlu jauh-jauh, silakan bayangkan dua orang ada di hadapan anda, yang satu berpakaian rapih, dengan kemeja, jas dan lengkap dengan dasi dan mobil mewahnya. Sedangkan yang satunya lagi memakai baju putih agak lusuh dengan sepatu lusuh dan berjalan kaki. Apa yang anda pikirkan tentang mereka? Mana orang yang kaya (secara materi)? Pasti anda akan menjawab yang pertama.
Tapi mungkin jika kita mengenali lebih dalam, ternyata yang pertama adalah seorang sales mobil sedangkan yang kedua justru pemilik perusahaannya yang memang selalu berpenampilan sederhana. See? Betapa diri kita seringkali tertipu oleh cover.
Selama ini saya menyadari bahwa “Don’t look/judge something by the cover” tapi pada kenyataannya, pada kasus di atas jelas-jelas menunjukkan saya masih menjadi orang yang menilai sesuatu berdasarkan cover.
Jadi belajar dari kasus ini, semoga saya akan selalu mengingat pesan ini. Jangan cepat menilai sesuatu, apalagi hanya melihat dari cover nya, tapi cobalah lihat lebih dalam.
Boleh jadi sesuatu terbungkus sangat cantik, namun dalamnya (isinya) tidak secantik bungkusannya, malah mungkin busuk. Dan sebaliknya, boleh jadi sesuatu terbungkus tidak cantik, kurang menarik, padahal dalamnya (isinya) sangat cantik dan indah.
Dan yang kedua adalah ukuran kita akan sesuatu yang “terkenal”.
Seringkali kita menjadikan “terkenal atau populer” sebagai tolak ukur sesuatu, menunjukkan bahwa itu bagus. Padahal belum tentu.
Sebagai contoh kasus kontroversi hati Vikcy prasetyo akhir-akhir ini. Haha,, tak perlu diajwab dia sangat terkenal akhir-akhir ini, apakah dia baik? Hmm,,, maaf bukan maksud menghakimi, tapi yang saya tahu kini dia terkenal sebagai penipu.
Nah diluaran sana banyak sekali ornag-orang baik yang melakukan hal-hal baik, tapi tidak terkenal. Banyak sekali orang-orang yang menginspirasi tapi tidak terkenal dan kita tidak tahu. Seperti comment teman saya, mungkin orang-orang baik ini tidak terkenal di dunia, tapi mereka terkenal di antara makhluk langit. (Ini salah satu impian saya, menjadi terkenal karena kebaikan saya di antara makhluk langit, tidak perlu di dunia. Yang baca mohon doanya ya. Semoga juga Anda yang membaca. Aamiin)
Teringat sebuah tulisan yang saya dulu, bahwa yang popular belum tentu benar, dan yang benar belum tentu populer. Seringkali kita mengikuti massa atau sesuatu yang populer karena pendapat orang kebanyakan memilih itu dan menganggap hal itu benar padahal hal tersebut salah.
Dan seringkali kita meninggalkan sesuatu yang benar karena hal itu minoritas, karena jika kita memilih hal tersebut maka kita akan terlihat salah karena tidak mnegikuti orang kebanyakan, padahal sesuatu yang minoritas itu benar.

Senin, 02 September 2013

Allah Tidak Membutuhkan hamba-Nya

Dari Abu Dzar Al-Ghifari ra. dari Rasulullah Saw. Rasulullah meriwayatkan dari Allah azza wa jala, bahwa Allah telah berfirman:

 “Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan perbuatan zalim atas diri-Ku dan Aku jadikan kezaliman diantara kalian sebagai suatu yang diharamkan, maka janganlah kalian saling menzalimi.”

 “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua sesat. Kecuali orang yang telah Aku beri petunjuk. Maka mintalah kalian petunjuk kepada-Ku, pasti Aku beri kalian petunjuk.”

 “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua lapar. Kecuali orang yang telah Aku beri makan. Maka mintalah makan kepada-Ku, pasti Aku beri kalian makan.”

 “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua telanjang. Kecuali orang yang telah aku beri pakaian. Maka mintalah pakaian kepada-Ku, pasti Aku beri pakaian kepadamu.”

 “Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian telah berbuat dosa pada waktu malam dan siang. Dan Aku adalah Dzat Yang Mengampuni segala dosa. Maka mintalah ampun kepada-Ku. Pasti Aku ampuni dosa kalian.”

 “Wahai hamba-hamba-Ku, sungguh kalian sekali-kali kalian tidak akan mampu melakukan kemudharatan yang dapat menimbulkan kemudharatan kepada-Ku. Dan sekali-kali kalian tidak akan mampu melakukan kemanfaatan yang dapat memberikan manfa’at kepada-Ku.”

 “Wahai hamba-hamba-Ku, jikalau kalian dari yang terdahulu sampai yang terkemudian dari golongan manusia dan jin, semuanya memiliki hati seperti hati orang yang paling taqwa, maka itu tak akan menambah sedikitpun Keagungan-Ku.”

 “Wahai hamba-hamba-Ku, jikalau kalian dari yang terdahulu sampai yang terkemudian dari golongan manusia dan jin, semuannya memiliki hati seperti hati orang yang paling durhaka, maka itu tak akan mengurangi sedikitpun Kemulian-Ku.”

 “Wahai hamba-hamba-Ku, jikalau kalian dari yang terdahulu sampai yang terkemudian dari golongan manusia dan jin, semuannya berada dalam satu lapangan, dan kemudian meminta kepada-Ku, lalu Aku memberi kepada setiap orang sesuai apa yang dimintannya, maka hal itu tak akan mengurangi sedikitpun kekayaan-Ku, kecuali seperti air yang menempel di jarum yang dicelupkan ke dalam laut.”

 “Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya amal kalian itulah yang akan Aku hisab, kemudian Aku memberi balasannya secara sempurna. Maka siapa yang memperoleh balasan yang baik hendaknya ia memuji Allah, dan siapa yang mendapat balasan yang jelek, maka janganlah sekali-kali mencela kecuali ke pada dirinya sendiri.”

 HR Muslim

Senin, 26 Agustus 2013

Untukmu


Wahai engkau Orang Asing,

Apa engkau tau, bahwa aku telah menjaga hati ku seperti para lebah menjaga manis nya madu mereka,

Ku hilangkan kata indah  itu dalam kamus ku selama ini,

Berharap engkau yang akan menuliskannya sebagai kata baru dalam kamus perbendaharaanku,



Apa engkau tau,

Aku bukan seperti kembang di taman yang begitu mudah dihinggapi para kumbang,

Ku hijabi diri ini agar tetap tersembunyi hingga engkau yang datang,

Ah,,, Bahkan kadang aku terlalu angkuh untuk sekedar dilihat,



Ku paksakan diri menjadi baik,

Menaiki tangga setahap demi setahap, berharap kelak dapat sejajar dengan mu di puncak tangga,

Tahukah engkau, aku tak pernah berhasil mencapai puncaknya,

Diam-diam ku yakini engkau yang akan merengkuh ku dan membantuku sampai di puncak kelak,



Wahai engkau orang asing,

Ku akui bahwa aku terlalu naïf, yang diam-diam berharap bahwa engkau pun melakukan hal yang sama seperti ku,

Bahwa engkau selalu menjaga hati mu untukku

Ku akui bahwa aku terlalu naïf, bisa menjaminkan diri ku pada mu yang asing

Ya ku akui, mungkin itu hanya akan menjadi impian ku saja,

Tak apa, biarkan aku bermimpi sejenak

#Tes Menulis Spontan


Jumat, 02 Agustus 2013

Dunia ini Indah, terlenakah kita?

"Hai kaumku, Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan Sesungguhnya akhirat Itulah negeri yang kekal." (Q.S. Al-Mu'min: 39)

Anda suka pemandangan dalam laut? Saya sendiri belum pernah menyelam dan melihat sendiri secara langsung bagaimana sebenarnya rupa cantiknya pemandangan dalam laut. Tapi melihatnya dalam rekaman atau liputan para penjelajah di televisi, sungguh sangat indah dan cantik, dan tak ada kata yang pantas saya ucapkan selain Subhanallah, maha besar Allah dengan segala penciptaan-Nya yang dapat menciptakan indahnya pemandangan dalam sebuah laut. Dan itu hanya sebagian kecil dari indahnya dunia, dan indahnya seluruh dunia tak bisa dibandingkan dengan indahnya surga Allah.
Suatu saat teman saya bercerita tentang seorang penyelam. Penyelam tersebut diberikan sebuah tugas untuk mengumpulkan mutiara di laut yang akan dijadikan modal dia hidup di daratan. Dalam tugasnya menyelam ia diberikan bekal sebuah tabung oksigen yang terbatas, artinya dia harus menngumpulkan mutiara sebanyak-benyaknya sebelum oksien dalam tabung gas itu habis. Maka berangkatlah ia menyelam ke dalam lautan. Selama menyelam ia terpesona dengan indahnya pemandangan di dalam laut, cantiknya  berbagai macam ikan berwarna-warni yang berenang berkelompok, tumbuhan-tumbuhan laut, karang laut yang menjadi tempat bersembunyi para ikan, bersatu dalam air laut jernih dan membentuk kecantikan yang sempurna. Keindahan itu pun membuat ia terlena dan melupakan niat awalnya untuk mencari mutiara. Padahal tabung oksigen akan segera habis, dan dia belum mendapatkan mutiara untuk modal hidup di daratan.
Kisah itu diceritakan oleh seorang temanku kepadaku. Jika kita adalah penyelam itu apakah kita juga akan sama sepertinya yang terlena dengan keindahan sementara? Saudaraku, kisah itu adalah seperti juga hidup kita sekarang. Indahnya dunia ini terkadang membuat kita terlena dan membuat kita lupa akan kehidupan yang sebenarnya. Saat itu aku terdiam. Apakah saat ini aku sedang terlena dengan dunia? Mungkin saat ini aku tau bahwa dunia ini hanyalah sementara dan ada yang jauh lebih indah yang telah Allah janjikan berulang kali dalam ayat-ayat Nya. Namun ternyata diri ini lebih sering percaya pada penglihaan manusia yang terbatas, pada apa-apa yang kelihatannya tampak namun ternyata semu.
Dalam sebuah hadits rasulullah telah mengingatkan kita.
Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam memegang pundak kedua pundak saya seraya bersabda : Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara “, Ibnu Umar berkata : Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu “ (Hadits Riwayat Bukhori No. 6416)
Di dunia ini kita ibarat seorang pengembara, yang hanya singgah untuk sementara waktu, dunia bukan merupakan tanah air bagi dirinya, juga karena dunia membatasi dirinya dari negerinya yang sebenarnya dan menjadi tabir antara dirinya dengan tempat tinggalnya yang abadi. Imam Abul Hasan Ali bin Khalaf dalam syarah Bukhari berkata bahwa Abu Zinad berkata Hadits ini bermakna menganjurkan agar sedikit bergaul dan sedikit berkumpul dengan banyak orang serta bersikap zuhud kepada dunia.
Seperti halnya seorang pengembara yang hanya membawa bekal sekadarnya agar sampai ke tempat yang dituju. Begitu pula halnya dengan seorang mukmin dalam kehidupan di dunia ini hanyalah membutuhkan sekadar untuk mencapai tujuan hidupnya.
Abdullah bin Umar berkata : “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam melihat aku ketika aku dan ibuku sedang memperbaiki salah satu pagar milikku. Beliau bertanya; ‘Sedang melakukan apa ini wahai Abdullah?’ Saya jawab : ‘Wahai Rasulullah, telah rapuh pagar ini, karena itu kami memperbaikinya’. Lalu beliau bersabda : ‘Kehidupan ini lebih cepat dari rapuhnya pagar ini’
Seperti juga penyelam yang memiliki oksigen terbatas, demikiah juga hidup kita yang terbatas oleh kematian dan kematian itu dihadapi dengan bekal amal shalih. Ibnu Umar menganjurkan manusia untuk mempersedikit angan-angan. Janganlah menunda amal yang dapat dilakukan pada malam hari sampai datang pagi hari, tetapi hendaklah segera dilaksanakan. Begitu pula jika berada di pagi hari, janganlah berbiat menunda sampai datang sore hari dan menunda amal di pagi hari samapi datang malam hari. Jangan biarkan kita terlena dan melupakan tujuan hidup kita, padahal kematian sangatlah dekat dengan kita.
Pesona nya bumi tak akan lelah mengoda, dan dunia akan selalu dipenuhi hiruk pikuk manusia yang mengejarnya. Tapi lebih cepat dari rapuhnya sebuah pagar, seperti fatamorgana air di padang pasir, maka begitulah kesenangan dunia.

#Jakarta, Febuari 2012 (A.w)

Kamis, 01 Agustus 2013

Apakah kau akan selalu menjadi penonton atau konsumen saja?


Mengutip wawancara Republika dengan aktor senior Deddy Mizwar, pria yang juga menjadi produser serial Para Pencari Tuhan ini mengatakan ''Pertanyaannya juga apakah umat Islam itu mau ngak bicara agamanya sendiri. Apa kita hanya mau menjadi penonton atau konsumen selamanya saja?''

Keinginan untuk menulis sebenarnya sudah muncul sejak lama, bahkan beberapa tulisan telah saya buat entah itu opini yang terjadi atas fenomena yang terjadi di masyarakat, tulisan tentang kajian islam, cerita fiksi ataupun sekedar curhatan kegiatan sehari-hari saya. Tapi semua tulisan saya itupun tak pernah saya publis ke umum (teman2), sekedar hanya untuk konsumsi pribadi. Keinginan untuk mempublishnya dalam sebuah blog pribadi yang biasa teman-teman saya lakukan pun seringkali muncul menggoda, namun selalu kalah dengan rasa tidak percaya diri dalam diri saya. Apakah layak tulisan saya dibaca orang lain, dan yang lebih penting adalah apakah tulisan saya akan mendatangkan manfaat ketimbang mudharat jika dibaca orang lain? Yup, alasan-alasan itulah yang muncul di dalam diri saya dan akhirnya menjadi pembenaran diri ini mengelak dari kewajiban seorang muslim untuk berdakwah, menyeru ataupun menyampaikan walaupun hanya satu ayat. 

Membaca sebuah artikel di situs Republika online membuat saya berpikir ulang, dalam wawancara tim republika dengan aktor senior Deddy Mizwar, actor yang sekaligus produser film-film islami ini mengatakan kekecewaannya terhadap perfilman idonesia, juga terhadap film-film yang hanya menggunakna symbol agama tapi tidak ada pesan-pesam islam yang disampaiaknnya. Pria yang juga menjadi produser serial Para Pencari Tuhan ini mengatakan ''Pertanyaannya juga apakah umat Islam itu mau ngak bicara agamanya sendiri. Apa kita hanya mau menjadi penonton atau konsumen selamanya saja?''

Benar bahwa selama ini saya seringkali kecewa dengan pemberitaan media tentang islam. Benar bahwa saya juga seringkali kecewa dengan karya-karya yang dicap pembuatnya sebagai karya yg religi atau islami namun isinya jauh dari nilai-nilai islam. Tapi ternyata diri ini justru lebih buruk dari mereka, karna setidaknya mereka telah menghasilkan karya dan saya hanya menjadi penonton yang kecewa dan mengutuk dalam kesendirian tanpa melakukan apa-apa. Dengan kata lain, saya sama tidak bermanfaatnya. 

Tak ingin terus menjadi kura-kura dalam tempurungnya, dan menjadikan diri saya tidak bermanfaat maka saya mengumpulkan keberanian dan tekad (agak lebay J), saya akan mencoba belajar menulis dan membaginya dengan orang lain. Saya akan menulis baik tentang hal-hal yang saya ketahui maupun hal-hal yang saya tidak ketahui tapi saya ingin mengetahuinya. Saya tidak bisa menjamin tulisan-tulisan saya adalah tulisan yang baik, bahkan mungkin seperti dugaan saya sebelumnya bahwa tulisan saya nantinya mungkin ternyata tidak layak dan tidak bermanfaat. Tapi begitulah hakikatnya seorang manusia, kita mempunyai hak sebesar-besarnya mencoba dan berusaha sedang hasilnya bukanlah hak manusia. So, silakan menikmati tulisan-tulisan saya, semoga bermanfaat walau hanya satu ayat J dan saya mohon selalu saran dan kritik teman-teman. :)