Get me outta here!

Senin, 26 Agustus 2013

Untukmu


Wahai engkau Orang Asing,

Apa engkau tau, bahwa aku telah menjaga hati ku seperti para lebah menjaga manis nya madu mereka,

Ku hilangkan kata indah  itu dalam kamus ku selama ini,

Berharap engkau yang akan menuliskannya sebagai kata baru dalam kamus perbendaharaanku,



Apa engkau tau,

Aku bukan seperti kembang di taman yang begitu mudah dihinggapi para kumbang,

Ku hijabi diri ini agar tetap tersembunyi hingga engkau yang datang,

Ah,,, Bahkan kadang aku terlalu angkuh untuk sekedar dilihat,



Ku paksakan diri menjadi baik,

Menaiki tangga setahap demi setahap, berharap kelak dapat sejajar dengan mu di puncak tangga,

Tahukah engkau, aku tak pernah berhasil mencapai puncaknya,

Diam-diam ku yakini engkau yang akan merengkuh ku dan membantuku sampai di puncak kelak,



Wahai engkau orang asing,

Ku akui bahwa aku terlalu naïf, yang diam-diam berharap bahwa engkau pun melakukan hal yang sama seperti ku,

Bahwa engkau selalu menjaga hati mu untukku

Ku akui bahwa aku terlalu naïf, bisa menjaminkan diri ku pada mu yang asing

Ya ku akui, mungkin itu hanya akan menjadi impian ku saja,

Tak apa, biarkan aku bermimpi sejenak

#Tes Menulis Spontan


Jumat, 02 Agustus 2013

Dunia ini Indah, terlenakah kita?

"Hai kaumku, Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan Sesungguhnya akhirat Itulah negeri yang kekal." (Q.S. Al-Mu'min: 39)

Anda suka pemandangan dalam laut? Saya sendiri belum pernah menyelam dan melihat sendiri secara langsung bagaimana sebenarnya rupa cantiknya pemandangan dalam laut. Tapi melihatnya dalam rekaman atau liputan para penjelajah di televisi, sungguh sangat indah dan cantik, dan tak ada kata yang pantas saya ucapkan selain Subhanallah, maha besar Allah dengan segala penciptaan-Nya yang dapat menciptakan indahnya pemandangan dalam sebuah laut. Dan itu hanya sebagian kecil dari indahnya dunia, dan indahnya seluruh dunia tak bisa dibandingkan dengan indahnya surga Allah.
Suatu saat teman saya bercerita tentang seorang penyelam. Penyelam tersebut diberikan sebuah tugas untuk mengumpulkan mutiara di laut yang akan dijadikan modal dia hidup di daratan. Dalam tugasnya menyelam ia diberikan bekal sebuah tabung oksigen yang terbatas, artinya dia harus menngumpulkan mutiara sebanyak-benyaknya sebelum oksien dalam tabung gas itu habis. Maka berangkatlah ia menyelam ke dalam lautan. Selama menyelam ia terpesona dengan indahnya pemandangan di dalam laut, cantiknya  berbagai macam ikan berwarna-warni yang berenang berkelompok, tumbuhan-tumbuhan laut, karang laut yang menjadi tempat bersembunyi para ikan, bersatu dalam air laut jernih dan membentuk kecantikan yang sempurna. Keindahan itu pun membuat ia terlena dan melupakan niat awalnya untuk mencari mutiara. Padahal tabung oksigen akan segera habis, dan dia belum mendapatkan mutiara untuk modal hidup di daratan.
Kisah itu diceritakan oleh seorang temanku kepadaku. Jika kita adalah penyelam itu apakah kita juga akan sama sepertinya yang terlena dengan keindahan sementara? Saudaraku, kisah itu adalah seperti juga hidup kita sekarang. Indahnya dunia ini terkadang membuat kita terlena dan membuat kita lupa akan kehidupan yang sebenarnya. Saat itu aku terdiam. Apakah saat ini aku sedang terlena dengan dunia? Mungkin saat ini aku tau bahwa dunia ini hanyalah sementara dan ada yang jauh lebih indah yang telah Allah janjikan berulang kali dalam ayat-ayat Nya. Namun ternyata diri ini lebih sering percaya pada penglihaan manusia yang terbatas, pada apa-apa yang kelihatannya tampak namun ternyata semu.
Dalam sebuah hadits rasulullah telah mengingatkan kita.
Dari Ibnu Umar radhiallahuanhuma berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam memegang pundak kedua pundak saya seraya bersabda : Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau pengembara “, Ibnu Umar berkata : Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu “ (Hadits Riwayat Bukhori No. 6416)
Di dunia ini kita ibarat seorang pengembara, yang hanya singgah untuk sementara waktu, dunia bukan merupakan tanah air bagi dirinya, juga karena dunia membatasi dirinya dari negerinya yang sebenarnya dan menjadi tabir antara dirinya dengan tempat tinggalnya yang abadi. Imam Abul Hasan Ali bin Khalaf dalam syarah Bukhari berkata bahwa Abu Zinad berkata Hadits ini bermakna menganjurkan agar sedikit bergaul dan sedikit berkumpul dengan banyak orang serta bersikap zuhud kepada dunia.
Seperti halnya seorang pengembara yang hanya membawa bekal sekadarnya agar sampai ke tempat yang dituju. Begitu pula halnya dengan seorang mukmin dalam kehidupan di dunia ini hanyalah membutuhkan sekadar untuk mencapai tujuan hidupnya.
Abdullah bin Umar berkata : “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam melihat aku ketika aku dan ibuku sedang memperbaiki salah satu pagar milikku. Beliau bertanya; ‘Sedang melakukan apa ini wahai Abdullah?’ Saya jawab : ‘Wahai Rasulullah, telah rapuh pagar ini, karena itu kami memperbaikinya’. Lalu beliau bersabda : ‘Kehidupan ini lebih cepat dari rapuhnya pagar ini’
Seperti juga penyelam yang memiliki oksigen terbatas, demikiah juga hidup kita yang terbatas oleh kematian dan kematian itu dihadapi dengan bekal amal shalih. Ibnu Umar menganjurkan manusia untuk mempersedikit angan-angan. Janganlah menunda amal yang dapat dilakukan pada malam hari sampai datang pagi hari, tetapi hendaklah segera dilaksanakan. Begitu pula jika berada di pagi hari, janganlah berbiat menunda sampai datang sore hari dan menunda amal di pagi hari samapi datang malam hari. Jangan biarkan kita terlena dan melupakan tujuan hidup kita, padahal kematian sangatlah dekat dengan kita.
Pesona nya bumi tak akan lelah mengoda, dan dunia akan selalu dipenuhi hiruk pikuk manusia yang mengejarnya. Tapi lebih cepat dari rapuhnya sebuah pagar, seperti fatamorgana air di padang pasir, maka begitulah kesenangan dunia.

#Jakarta, Febuari 2012 (A.w)

Kamis, 01 Agustus 2013

Apakah kau akan selalu menjadi penonton atau konsumen saja?


Mengutip wawancara Republika dengan aktor senior Deddy Mizwar, pria yang juga menjadi produser serial Para Pencari Tuhan ini mengatakan ''Pertanyaannya juga apakah umat Islam itu mau ngak bicara agamanya sendiri. Apa kita hanya mau menjadi penonton atau konsumen selamanya saja?''

Keinginan untuk menulis sebenarnya sudah muncul sejak lama, bahkan beberapa tulisan telah saya buat entah itu opini yang terjadi atas fenomena yang terjadi di masyarakat, tulisan tentang kajian islam, cerita fiksi ataupun sekedar curhatan kegiatan sehari-hari saya. Tapi semua tulisan saya itupun tak pernah saya publis ke umum (teman2), sekedar hanya untuk konsumsi pribadi. Keinginan untuk mempublishnya dalam sebuah blog pribadi yang biasa teman-teman saya lakukan pun seringkali muncul menggoda, namun selalu kalah dengan rasa tidak percaya diri dalam diri saya. Apakah layak tulisan saya dibaca orang lain, dan yang lebih penting adalah apakah tulisan saya akan mendatangkan manfaat ketimbang mudharat jika dibaca orang lain? Yup, alasan-alasan itulah yang muncul di dalam diri saya dan akhirnya menjadi pembenaran diri ini mengelak dari kewajiban seorang muslim untuk berdakwah, menyeru ataupun menyampaikan walaupun hanya satu ayat. 

Membaca sebuah artikel di situs Republika online membuat saya berpikir ulang, dalam wawancara tim republika dengan aktor senior Deddy Mizwar, actor yang sekaligus produser film-film islami ini mengatakan kekecewaannya terhadap perfilman idonesia, juga terhadap film-film yang hanya menggunakna symbol agama tapi tidak ada pesan-pesam islam yang disampaiaknnya. Pria yang juga menjadi produser serial Para Pencari Tuhan ini mengatakan ''Pertanyaannya juga apakah umat Islam itu mau ngak bicara agamanya sendiri. Apa kita hanya mau menjadi penonton atau konsumen selamanya saja?''

Benar bahwa selama ini saya seringkali kecewa dengan pemberitaan media tentang islam. Benar bahwa saya juga seringkali kecewa dengan karya-karya yang dicap pembuatnya sebagai karya yg religi atau islami namun isinya jauh dari nilai-nilai islam. Tapi ternyata diri ini justru lebih buruk dari mereka, karna setidaknya mereka telah menghasilkan karya dan saya hanya menjadi penonton yang kecewa dan mengutuk dalam kesendirian tanpa melakukan apa-apa. Dengan kata lain, saya sama tidak bermanfaatnya. 

Tak ingin terus menjadi kura-kura dalam tempurungnya, dan menjadikan diri saya tidak bermanfaat maka saya mengumpulkan keberanian dan tekad (agak lebay J), saya akan mencoba belajar menulis dan membaginya dengan orang lain. Saya akan menulis baik tentang hal-hal yang saya ketahui maupun hal-hal yang saya tidak ketahui tapi saya ingin mengetahuinya. Saya tidak bisa menjamin tulisan-tulisan saya adalah tulisan yang baik, bahkan mungkin seperti dugaan saya sebelumnya bahwa tulisan saya nantinya mungkin ternyata tidak layak dan tidak bermanfaat. Tapi begitulah hakikatnya seorang manusia, kita mempunyai hak sebesar-besarnya mencoba dan berusaha sedang hasilnya bukanlah hak manusia. So, silakan menikmati tulisan-tulisan saya, semoga bermanfaat walau hanya satu ayat J dan saya mohon selalu saran dan kritik teman-teman. :)