"Hai kaumku, Sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan Sesungguhnya akhirat
Itulah negeri yang kekal." (Q.S. Al-Mu'min: 39)
Anda suka pemandangan dalam laut? Saya sendiri belum
pernah menyelam dan melihat sendiri secara langsung bagaimana sebenarnya rupa
cantiknya pemandangan dalam laut. Tapi melihatnya dalam rekaman atau liputan
para penjelajah di televisi, sungguh sangat indah dan cantik, dan tak ada kata
yang pantas saya ucapkan selain Subhanallah, maha besar Allah dengan segala
penciptaan-Nya yang dapat menciptakan indahnya pemandangan dalam sebuah laut.
Dan itu hanya sebagian kecil dari indahnya dunia, dan indahnya seluruh dunia
tak bisa dibandingkan dengan indahnya surga Allah.
Suatu saat teman saya bercerita tentang seorang
penyelam. Penyelam tersebut diberikan sebuah tugas untuk mengumpulkan mutiara
di laut yang akan dijadikan modal dia hidup di daratan. Dalam tugasnya menyelam
ia diberikan bekal sebuah tabung oksigen yang terbatas, artinya dia harus
menngumpulkan mutiara sebanyak-benyaknya sebelum oksien dalam tabung gas itu
habis. Maka berangkatlah ia menyelam ke dalam lautan. Selama menyelam ia
terpesona dengan indahnya pemandangan di dalam laut, cantiknya berbagai macam ikan berwarna-warni yang
berenang berkelompok, tumbuhan-tumbuhan laut, karang laut yang menjadi tempat
bersembunyi para ikan, bersatu dalam air laut jernih dan membentuk kecantikan
yang sempurna. Keindahan itu pun membuat ia terlena dan melupakan niat awalnya
untuk mencari mutiara. Padahal tabung oksigen akan segera habis, dan dia belum
mendapatkan mutiara untuk modal hidup di daratan.
Kisah
itu diceritakan oleh seorang temanku kepadaku. Jika kita adalah penyelam itu
apakah kita juga akan sama sepertinya yang terlena dengan keindahan sementara? Saudaraku,
kisah itu adalah seperti juga hidup kita sekarang. Indahnya dunia ini terkadang
membuat kita terlena dan membuat kita lupa akan kehidupan yang sebenarnya. Saat
itu aku terdiam. Apakah saat ini aku sedang terlena dengan dunia? Mungkin saat
ini aku tau bahwa dunia ini hanyalah sementara dan ada yang jauh lebih indah
yang telah Allah janjikan berulang kali dalam ayat-ayat Nya. Namun ternyata
diri ini lebih sering percaya pada penglihaan manusia yang terbatas, pada
apa-apa yang kelihatannya tampak namun ternyata semu.
Dalam
sebuah hadits rasulullah telah mengingatkan kita.
Dari Ibnu Umar
radhiallahuanhuma berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam memegang
pundak kedua pundak saya seraya bersabda : Jadilah engkau di dunia seakan-akan
orang asing atau pengembara “, Ibnu Umar berkata : Jika kamu berada di sore
hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu
sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan
kehidupanmu untuk kematianmu “ (Hadits Riwayat Bukhori No. 6416)
Di
dunia ini kita ibarat seorang pengembara, yang hanya singgah untuk sementara
waktu, dunia bukan merupakan tanah air bagi
dirinya, juga karena dunia membatasi dirinya dari negerinya yang sebenarnya dan
menjadi tabir antara dirinya dengan tempat tinggalnya yang abadi. Imam Abul Hasan
Ali bin Khalaf dalam syarah Bukhari berkata bahwa Abu Zinad berkata Hadits ini
bermakna menganjurkan agar sedikit bergaul dan sedikit berkumpul dengan banyak
orang serta bersikap zuhud kepada dunia.
Seperti halnya seorang pengembara yang hanya membawa bekal
sekadarnya agar sampai ke tempat yang dituju. Begitu pula halnya dengan seorang
mukmin dalam kehidupan di dunia ini hanyalah membutuhkan sekadar untuk mencapai
tujuan hidupnya.
Abdullah
bin Umar berkata : “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam melihat aku ketika
aku dan ibuku sedang memperbaiki salah satu pagar milikku. Beliau bertanya;
‘Sedang melakukan apa ini wahai Abdullah?’ Saya jawab : ‘Wahai Rasulullah,
telah rapuh pagar ini, karena itu kami memperbaikinya’. Lalu beliau bersabda : ‘Kehidupan ini lebih cepat dari
rapuhnya pagar ini’
Seperti juga
penyelam yang memiliki oksigen terbatas, demikiah juga hidup kita yang terbatas
oleh kematian dan kematian itu dihadapi dengan bekal amal shalih. Ibnu Umar
menganjurkan manusia untuk mempersedikit angan-angan. Janganlah menunda amal
yang dapat dilakukan pada malam hari sampai datang pagi hari, tetapi hendaklah
segera dilaksanakan. Begitu pula jika berada di pagi hari, janganlah berbiat
menunda sampai datang sore hari dan menunda amal di pagi hari samapi datang
malam hari. Jangan biarkan kita terlena dan
melupakan tujuan hidup kita, padahal kematian sangatlah dekat dengan kita.
Pesona
nya bumi tak akan lelah mengoda, dan dunia akan selalu dipenuhi hiruk pikuk
manusia yang mengejarnya. Tapi lebih cepat dari rapuhnya sebuah pagar, seperti
fatamorgana air di padang pasir, maka begitulah kesenangan dunia.
#Jakarta, Febuari 2012 (A.w)